Rainbow Arch Over Clouds

Sabtu, 26 Februari 2011

Prospek Bisnis 1990-an

Prospek Bisnis 1990-an
Secara umum terlihat bahwa perekonomian Indonesia, khususnya permintaan domestik mulai menunjukkan perbaikan walaupun belum sepenuhnya pulih kembali. Pertumbuhan ekonomi untuk tahun 1993 mencapai 6,4 persen, sementara untuk tahun 1994, PDB Indonesia bahkan lebih tinggi, yakni sekitar 6,6 persen. Jika dilihat dari sumber pertumbuhannya, sektor nonmigas cenderung memberi kontribusiyang lebih besar yaitu 7,4 persen untuk tahun 1993 dan 7,7 persen untuk tahun 1994. Perbaikan angka pertumbuhan ini tercermin pula dari pulihnya pertumbuhan kredit dan semakin rendahnya tingkat peredaran cek kosong. Untuk tahun-tahun berikutnya, tambahan dana dari pasar modal akan membantu sektor swasta dalam usaha pendanaan dan akan mendorong pertumbuhan dari sektor-sektor industri manufaktur, utilitas dan sektor properti.
Sektor manufaktur nonmigas akan kembali menjadi motor pertumbuhan dan diperkirakan bertumbuh sekitar 11,2 persen untuk tahun 1993 dan 11,2 persen selama tahun 1994. Pertumbuhan sektor manufaktur ini pada umumnya berasal dari industri ringan yang bisa memanfaatkan pasaran ekspor dan perbaikan pasar domestik, khususnya untuk barang-barang konsumsi. Pasaran ekspor sekarang tidak hanya berasal dari pasar tradisional saja, akan tetapi juga berasal dari pasar Asia-Pasifik yang tumbuh sangat pesat. Dalam sektor manufaktur, kegiatan-kegiatan yang akan tumbuh dengan pesat diperkirakan antara lain industri barang-barang konsumsi seperti industri makanan dan minuman, industri perabotan dari kayu, industri pakaian jadi, industri bahan bangunan termasuk semen, industri kimia, dan industri barang-barang dari kulit.
Kinerja sektor pertanian untuk tahun 1994 yaitu meningkat sebesar 3,4 persen. Sebetulnya sektor ini dapat tumbuh lebih tinggi lagi seandainya harga-harga komoditas pertanian seperti karet dan kelapa sawit kembali membaik di pasaran internasional. Disamping sektor manufaktur nonmigas, pertumbuhan yang relatif tinggi akan dialami oleh sektor utilitas (listrik, gas dan air minum) serta sektor konstruksi. Sektor yang pertama akan banyak dipengaruhi oleh peningkatan investasi pemerintah, sementara pertumbuhan sektor konstruksi berasal dari kombinasi investasi pemerintah dan swasta. Gejala peningkatan sektor konstruksi dapat dilihat dari mulai bergairahnya kembali pembangunan perumahan yang selama ini banyak dipengaruhi oleh adanya credit crunch dari sektor perbankan.

Prospek Bisnis 1990-an

Prospek Bisnis 1990-an
Secara umum terlihat bahwa perekonomian Indonesia, khususnya permintaan domestik mulai menunjukkan perbaikan walaupun belum sepenuhnya pulih kembali. Pertumbuhan ekonomi untuk tahun 1993 mencapai 6,4 persen, sementara untuk tahun 1994, PDB Indonesia bahkan lebih tinggi, yakni sekitar 6,6 persen. Jika dilihat dari sumber pertumbuhannya, sektor nonmigas cenderung memberi kontribusiyang lebih besar yaitu 7,4 persen untuk tahun 1993 dan 7,7 persen untuk tahun 1994. Perbaikan angka pertumbuhan ini tercermin pula dari pulihnya pertumbuhan kredit dan semakin rendahnya tingkat peredaran cek kosong. Untuk tahun-tahun berikutnya, tambahan dana dari pasar modal akan membantu sektor swasta dalam usaha pendanaan dan akan mendorong pertumbuhan dari sektor-sektor industri manufaktur, utilitas dan sektor properti.
Sektor manufaktur nonmigas akan kembali menjadi motor pertumbuhan dan diperkirakan bertumbuh sekitar 11,2 persen untuk tahun 1993 dan 11,2 persen selama tahun 1994. Pertumbuhan sektor manufaktur ini pada umumnya berasal dari industri ringan yang bisa memanfaatkan pasaran ekspor dan perbaikan pasar domestik, khususnya untuk barang-barang konsumsi. Pasaran ekspor sekarang tidak hanya berasal dari pasar tradisional saja, akan tetapi juga berasal dari pasar Asia-Pasifik yang tumbuh sangat pesat. Dalam sektor manufaktur, kegiatan-kegiatan yang akan tumbuh dengan pesat diperkirakan antara lain industri barang-barang konsumsi seperti industri makanan dan minuman, industri perabotan dari kayu, industri pakaian jadi, industri bahan bangunan termasuk semen, industri kimia, dan industri barang-barang dari kulit.
Kinerja sektor pertanian untuk tahun 1994 yaitu meningkat sebesar 3,4 persen. Sebetulnya sektor ini dapat tumbuh lebih tinggi lagi seandainya harga-harga komoditas pertanian seperti karet dan kelapa sawit kembali membaik di pasaran internasional. Disamping sektor manufaktur nonmigas, pertumbuhan yang relatif tinggi akan dialami oleh sektor utilitas (listrik, gas dan air minum) serta sektor konstruksi. Sektor yang pertama akan banyak dipengaruhi oleh peningkatan investasi pemerintah, sementara pertumbuhan sektor konstruksi berasal dari kombinasi investasi pemerintah dan swasta. Gejala peningkatan sektor konstruksi dapat dilihat dari mulai bergairahnya kembali pembangunan perumahan yang selama ini banyak dipengaruhi oleh adanya credit crunch dari sektor perbankan.

Sumber : Perekonomian Indonesia, Faisal Basri